Selamat Datang di Sigunk Education semoga artikel-artikel yang ada dapat berguna bagi Anda

Kamis, 09 Juni 2011

Praktek Pendidikan dan Pembelajaran


Praktek pendidikan dan pembelajaran sangat diwarnai oleh landasan teoritik dan konseptual yang tidak akurat. Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan menghasilkan keteraturan, ketertiban, ketaatan, dan kepastian (Degeng, 2000). Pembentukan ini dilakukan dengan kebijakan penyeragaman pada berbgai hal di sekolah.
Freire mengkritik, selama ini sekolah telah menjadi “alat penjinakan”, yang memanipulasi peserta didik agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan kelompok yang berkuasa.

Sistem pendidikan yang dianut bukan lagi supaya pencerdasan kehidupan bangsa agar mampu mengenal realitas diri dan dunianya, melainkan suatu upaya pembutaan kesadaran yang disengaja dan terencana (Berybe,2001) menutup proses perubahan dan perkembangan. Teori stimulus-respon yang sudah bertahun-tahun dianut dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, tampak sekali mendukung sistem pendidikan.

Hubungan stimulus-respon, individu pasif perilaku yang tampak, pembentukan perilaku dengan penataan kondisi yang ketat, reinforcement dan hukuman, dianggap sebagai unsur-unsur penting dalam pembelajaran.

Peserta didik adalah manusia yang identitas insaninya sebagai subjek berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan lewat sistem dan model pendidikan yang bersifat”bebas dan egaliter”.

Teori kognitif atau konstruktif menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa individu, aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil yang sejati, tantangan dunia pendidikan kedepan adalah memujudkan proses demokratisasi belajar. Suatu proses pendemokrasian yang mencerminkan bahwa belajar adalah atas prakarsa anak. Prakarsa akan mati bila kepadanya dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dalam belajar.
Realness bukan hanya harus dimiliiki oleh anak, tetapi juga oleh semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan yang didasari oleh realness dari semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.

Indikator-indikator keberhasilan belajar yang diharapkan adalah anda dapat menjelaskan :
1.Pengertian teori deskriptif dan teori prespektif
2.Proposi teori deskriptif dan teori prespektif
3.Kedudukan teori belajar dan teori pembelajaran dalam teori deskriptif dan teori prespektif

Brunner (Degeng,1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah prespektif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Upaya brunner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif dan teori pembelajaran yang prespektif dikembangkan lebih lanjut oleh reigeluth dan kawan-kawan, bahkan “Principle and theories of instructional design may be stated in either a descriptive or prespective from”.

Teori—teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang prespektif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai givens, dan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang diamati.

Teori prespktif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free (reigeluth,1983;degeng 1990) maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran prespektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil.
Teori deskriptif, variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil pembelajaran, sebagai variabel tergantung.

Teori prespektif, variabel kondiisi dan hasil yang diinginkan, yang mungkin juga berinteraksi dan parameter kedua variabel ini digunakan untuk menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sebagai variabel tergantung

Teori deskriptif : bila isi atau materi pelajaran (kondisi) dioorganisasi dengan menggunakan model elaborasi (metode), maka perolehan belajar dan retensi (hasil) akan meningkat.

Teori prespektif : agar perolehan belajar dan retensi (hasiil) meningkat, organisasilah isi atau materi pelajaran (kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (metode)

Teori belajar prespektif : agar retensi meningkat, maka kaikan pengetahuan baru yang dipelajari pada struktur kognitif yang telah dimiliki.

Teori pembelajaran prespektif : agar retensi meningkat, maka mulailah pembelajaran dengan menampilkan kerangka isi atau materi pelajaran, baru kemudian secara bertahap mengelaborasikan bagian-bagian yang ada dalam kerangka isi tersebut dan secara tetap mengaitkan setiap tahapan elaborasi pada kerangka isi.

Teori belajar deskriptif : jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik.

Teori pembelajaran prespektif : agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku teks itu berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.

Indikator keberhasilan belajar jika anda dapat menjelaskan:
1.Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik
2.Teori belajar menurut Thorndike
3.Teori belajar menurut watson
4.Teori belajar menurut clark hull
5.Teori belajar menurut edwin guthrie
6.Teori belajar menurut skinner
7.Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran

Menurut behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belum dikatakan belajar jika belum ada perubahan tingkah laku, menurut teori ini adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran / output yang berupa respon

Teori thondike adalah belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal lain yang bisa ditangkap oleh panca indera. Respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan dan tingkah laku. Menurut thondike defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati

Teori watson adalah belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.


Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Para tokoh tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.

Teori clark hull tentang belajar adalah menggunakan teori evolusi bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.  

Teori edwin guthrie tentang belajar adalah bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan Hull, bahwa stimulus hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimuulus dan respon bersifat lebih tetap. Guthrie percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman dapat diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.

Teori skinner tentang belajar adalah menggunakan konsep yang sederhana dan lebih komprehensif, skinner mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian dan seterusnya.
Teori inilah yang paling banyak digunakan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori behaviouristik. Adapun program-program pembelajarannya seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus dan respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement) merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Pandangan behavioristik tidak sempurna, kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan mereka pun mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati.

Alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu :
1.Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2.Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama
3.Hukuman mendorong si terhhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain hukuman mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner percaya pada penguat negatif, penguat negatif tidak sama dengan hukuman

Aplikasi teori behaviouristik dalam kegiatan belajar tergantung dari beberapa hal :
1.Tujuan pembelajaran
2.Sifat materi pembelajaran
3.Karakteristik siswa didik
4.Media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia

Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahaan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktifitas “micmetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.

Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpicak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menganalisa lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa
3.Menentukan materi pelajaran
4.Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahaasan, sub pokok bahasan, topik
5.Menyajikan materi pelajaran
6.Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan atau tugas-tugas
7.Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa
8.Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman
9.Memberikan stimulus baru
10.  Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa
11.  Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
12.  Demikian seterusnya
13.  Evaluasi hasil belajar

Indikator keberhasilan belajar jika dapat menjelaskan :
1.Pengertian belajar menurut pandangan teori kognitif
2.Teori perkembangan Piaget
3.Teori belajar menurut Brunner
4.Teori belajar bermakna Ausubel
5.Aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran

Teori kognitif adalah belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak . teori ini merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

Teori Piaget adalah merupakan proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefenisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan brebeda pula secara kualitatif.

Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang.
Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekulibrasi (Penyeimbangan).
Proses ekulibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilsai dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan, ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (Informasi baru).

Ekulibrasi adalah Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya.

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan tahap kognitif:
a.Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.

Ciri-ciri pokoknya adalah :
1. Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan objek disekitarnya
2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
3. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
4. Mendefenisikan sesuatu dengan memanipulasinya
5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

b.Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Mengunakan symbol atau bahasa tanda dan mulai berkembangnya konsep-konsep inuitif

Preoperasional (umur 2-4 tahun) anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana.

Karakteristik tahap ini adalah :
1. Self counternya sangat menonjol
2. Dapat mengklasifikasinya objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
3. Tidak mampu memusatkan perhatian pada Objek-objek yang berbeda
4. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
5. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan

Intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.

 Karakteristik tahap ini adalah :
1. Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya
2. Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks
3. Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
4. Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar

c. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan tandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.
Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada didalam dirinya.

d.Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir”Kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico deductive dan inductive sudah dimiliki oleh anak.

Pada tahap ini kondisi berpikir anak ini dapat :
1. Bekerja secara efektif dan sistematis
2. Menganalisa secara kombinasi
3. Berpikir secara proposional
4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi

Teori jorome bruner (1996) :
a. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis
c. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangannya kognitif
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
f.  Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurrutan dalam berbagai situasi.

Tahap enaktif : seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan.

Tahap ikonik : seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)

Tahap simbolik : seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.

Perbedaan pembentukan konsep dengan pemahan konsep :
1. Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategorikan ini berbeda
2. Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama
3. Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda

5 unsur seseorang memahami konsep :
1. Nama
2. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif
3. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
4. Rentangkan karakteristik
5. Kaidah

Menurut bruner pembelajaran yang selama ini diberikan disekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Berpikir intuitif sangatlah penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika. Sebab setiap disiplin ilmu mempunyai konsep-konsep, prinsip dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Maka cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan ( discovery learning)

Teori Ausubel adalah banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal, struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual.


Langkah pembelajaran piaget :
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya peneletian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi.
5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Langkah pembelajaran bruner :
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar)
3. Memilih materi pelajaran
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, untuk dipelajari siswa
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dari konkret ke abstrak atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Langkah pembelajaran ausubel :
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar)
3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti
4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa
5. Mempelajari konsep-koonsep inti tersenut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Teori konstruktivistik indikator belajarnya :
1. Karakteristik manusia masa depan yang diharapkan
2. Konstruksi pengetahuan
3. Proses belajar menurut teori konstruktivistik
4. Perbandingan pembelajaran tradisional (behavioristik) dan pembelajaran konstruktivistik

Karakteristik manusia masa depan adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengalami keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus me  nerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu proses

Karakteristik pembelajaran yang dilakukan adalah :
1. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas
2. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian menformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangya dari berbagai interprestasi
4. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar